Kecamatan Cluring Luncurkan Gerakan Sosial Inklusif, Lawan Masalah Anak Tidak Sekolah Lewat Forum Ngopi Bareng

BanyuwangiNews.com – Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS), Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, menghadirkan pendekatan yang tak biasa. Lewat forum bertajuk NGOBATI MAS DENTA (Ngopi Bareng Temukan Inspirasi Masyarakat Desa dan Kota), masyarakat dari berbagai kalangan berkumpul untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama sambil menikmati secangkir kopi hangat.

Berbeda dari forum-forum formal yang kerap digelar di hotel atau ruang seminar, kegiatan ini diselenggarakan di Pendopo Kecamatan Cluring. Lokasi sederhana yang menyimbolkan keterbukaan dan kedekatan dengan warga menjadi saksi lahirnya sebuah gerakan baru bernama CEPOT BANYUWANGI (Cluring Explore Potensi Banyuwangi). Gerakan ini bukan sekadar akronim menarik, tapi bentuk nyata upaya kolektif menekan angka ATS melalui pemanfaatan potensi lokal.

Camat Cluring, Tri Wahyu Angembani, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk refleksi sosial dengan pendekatan humanis.

“Kita sedang membicarakan masa depan anak-anak yang kehilangan akses terhadap pendidikan. Forum ini bukan soal data, melainkan tentang wajah-wajah yang butuh perhatian dan harapan. CEPOT lahir dari keresahan, tapi juga semangat besar untuk bergerak bersama,” ungkapnya.

Forum ini diikuti oleh berbagai elemen, mulai dari kepala desa, tokoh masyarakat, perwakilan Puskesmas, PKBM, Satkorwildik, hingga mahasiswa KKN Universitas Gadjah Mada. Tidak ketinggalan, organisasi budaya Pendopo Semar Nusantara turut hadir dan menyampaikan dukungannya.

Ketua Pendopo Semar Nusantara, Uny Saputra, memuji inisiatif ini sebagai gerakan sosial yang membumi dan relevan.

“Inilah contoh bagaimana kekuatan lokal bisa jadi solusi nasional. Tidak perlu mewah, yang penting menyentuh dan melibatkan semua. Budaya duduk bareng dan gotong royong adalah kekuatan khas masyarakat kita,” ujarnya.

Dari diskusi tersebut, lahir sejumlah gagasan konkret, di antaranya program pendampingan anak rentan, pelatihan parenting, serta pemanfaatan jalur pendidikan nonformal yang lebih fleksibel dan inklusif.

Kecamatan Cluring membuktikan bahwa upaya menurunkan angka ATS tidak bisa dilakukan sendiri. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan komunitas menjadi kunci utama. Lewat CEPOT BANYUWANGI, mereka ingin menjamin bahwa tidak ada anak yang tertinggal dari dunia pendidikan, dan bahwa setiap anak berhak meraih impian mereka.

 

Related Post

Tinggalkan Komentar

banyuwanginews.com

Merupakan Media Online yang berada di Banyuwangi dengan mengutamakan informasi yang cerdas, Akurat dan berimbang