Banyuwangi – Di tengah keterbatasan dan tanpa dukungan tim lengkap, atlet balap sepeda asal Sulawesi Barat, Muhammad Yahya Usman, justru menorehkan prestasi gemilang. Ia berhasil meraih medali emas di ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Balap Sepeda 2025 yang digelar di Banyuwangi, Jawa Timur.
Bertanding di kelas men junior, Yahya membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk tampil maksimal. Tanpa pelatih, tanpa mekanik, bahkan tanpa satu pun official dari daerah, Yahya datang ke arena Kejurnas seorang diri dan sukses menaklukkan lintasan serta lawan-lawannya dari seluruh Indonesia.
Yahya, yang masih berusia 19 tahun dan merupakan lulusan SMA Negeri 1 Polewali, menempuh perjalanan panjang dari kampung halaman menuju Banyuwangi. Ia terbang dari Sulawesi Barat ke Bandara Juanda Surabaya, lalu melanjutkan perjalanan darat menggunakan travel. Semua kebutuhan dan logistik lomba ia tangani sendiri.
Karena keterbatasan anggaran, Pengprov ISSI Sulbar hanya mampu memberangkatkan satu atlet tanpa pendamping. Namun semangat Yahya tidak padam. Beruntung, ia menginap di Homestay Flamboyan Inn, Kelurahan Banjarsari, Glagah, tempat di mana pemilik homestay, Agus Budiono, menjadi official dadakan yang membantu segala keperluan Yahya selama lomba berlangsung.
“Tanpa pelatih, saya harus menyusun strategi sendiri. Tapi saya tetap optimis bisa bersaing,” kata Yahya usai meraih emas.
Kemenangan ini terasa istimewa karena merupakan buah dari empat tahun perjuangan di ajang Kejurnas. Sebelumnya, Yahya hanya mampu membawa pulang perak. Namun tahun ini, semangat dan kerja kerasnya terbayar lunas dengan medali emas untuk Sulawesi Barat.
Apresiasi disampaikan kepada Ketua Pengprov ISSI Sulbar, Dinas Pemuda dan Olahraga, serta ISSI Kabupaten Polewali Mandar atas dukungan moral dan fasilitas yang diberikan, meski terbatas.
Besok, Yahya dijadwalkan turun lagi di satu nomor terakhir. Ia bertekad menambah medali emas kedua untuk Sulbar.
Kisah Yahya menjadi potret nyata perjuangan atlet daerah yang belum sepenuhnya mendapat dukungan maksimal, namun mampu membuktikan diri di panggung nasional. Minim support, tapi tetap berjaya. Sebuah cerita inspiratif dari pinggiran negeri untuk Indonesia. (amn)